PATOFISIOLOGI
DIABETES MELITUS
A.
Pengertian
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit
metabolik kronik yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin dengan adanya
kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. (Medical Surgical Nursing,
Brunner and Suddarth, 1998).
Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan gangguan heterogen
yang secara klinis ditandai dengan ketidaknormalan dalam keseimbangan kadar
glukosa yaitu hiperglikemia (Lewis, 2000, hal. 1367).
B.
Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi
dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
a.
Diabetes mellitus type
insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan
nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin
untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada
anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b.
Diabetes mellitus type
II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan
nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
-
Non obesitas
-
Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas
c.
Diabetes mellitus type
lain
-
Diabetes oleh beberapa
sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat
kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
-
Obat-obat yang dapat
menyebabkan huperglikemia antara lain : Furasemid, thyasida diuretic
glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
d.
diabetes Gestasional
(diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan
kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan
dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
C.
Etiologi
DM Tipe I :
-
Faktor genetic
Terjadi pada individu yang memiliki HLA (Human
Leukosit Antigen) yang merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas transplantasi
dan proses imun.
-
Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. (Masih dalam proses penelitian).
-
Faktor imunologi
Terdapat respon autoimun yang merupakan respon
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
DM Tipe II :
-
Faktor genetik: memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
-
Faktor usia: resistensi insulin cenderung
meningkat pada usia di atas 65 tahun.
-
Obesitas: berkaitan dengan resistensi insulin,
maka kemungkinan besar terjadi gangguan toleransi glukosa.
D.
Patofisiologi
a.
Diabetes Melitus Tipe I
b. Diabetes Melitus Tipe II
E.
Manifestasi Klinis
a.
DM Tipe I :
-
Poliuria, polidipsia terjadi akibat konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin,
ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan
yang disebut diuresis osmotik.
-
Polifagia : akibat menurunnya simpanan kalori
dan defisiensi insulin mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan.
-
Kelelahan dan kelemahan.
-
Nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi,
napas berbau aseton, perubahan kesadaran, koma bahkan kematian yaitu akibat
dari ketoasidosis, yang merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa
tubuh bila jumlahnya berlebihan.
b.
DM Tipe II
Akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lama dan progresif maka DM Tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi dengan gejala ringan seperti :
-
Kelelahan
-
Iritabilitas
-
Poliuria
-
Polidipsia
-
Luka pada kulit yang lama sembuh
-
Infeksi vagina
-
Pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat
tinggi sekali).
F.
Pemeriksaan Diagnostik
-
Pemeriksaan Kadar Glukosa
a.
Gula darah puasa di atas 140 mg/dl.
b.
Gula darah sewaktu di atas 200 mg/dl
c.
Gula darah 2 jam PP lebih dari 200 mg/dl
-
Tes toleransi glukosa lebih dari 200 mg/dl
-
HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat
yaitu terikatnya glukosa dengan Hb. (Normal : 3,8-8,4 mg/dl).
-
Urinalisa : glukosuria dan keton uria.
Normal Hasil Pemeriksaan KGD
-
Gula darah puasa (8 jam tidak makan)
= 70 – 110 mg/dL
-
Gula darah 2 jam PP (sesudah makan)
= 100 – 140 mg/dL
-
Gula darah acak
= 70 - 125 mg/dL
G.
Komplikasi
a. DM Tipe I
DKA
(Diabetik Ketoasidosis) : gangguan metabolik yang berat, ditandai dengan adanya
hiperglikemia, hiperosmolaritas dan asidosis metabolik terjadi akibat lipolisis
yang hasil metabolisme akhirnya adalah badan keton.
b.
DM Tipe II
-
HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik)
Terjadi jika asupan cairan kurang dan dehidrasi,
memungkinkan resiko terjadinya koma. Dehidrasi terjadi akibat hiperglikemia,
sehingga cairan intrasel berpindah dan ke ekstrasel. Juga karena diuresis
osmotik (konsentrasi glukosa darah melebihi ambang ginjal) dapat terjadi
kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar.
-
Perubahan makrovaskuler
Penderita diabetes dapat mengakibatkan perubahan
aterosklerosis pada arteri-arteri besar. Penderita NIDDM mengalami perubahan
makrovaskuler lebih sering daripada penderita IDDM. Insulin memainkan peranan
utama dalam metabolisme lemak dan lipid. Selain itu, diabetes dianggap
memberikan peranan sebagai faktor dalam timbulnya hipertensi yang dapat
mempercepat aterosklerosis. Pengecilan lumen pembuluh darah besar membahayakan
pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan dan dapat menyebabkan ischemia
jaringan, dengan akibatnya timbul berupa penyakit cerebro vascular, penyakit
arteri koroner, stenosis arteri renalis dan penyakit-penyakit vascular perifer.
-
Perubahan mikrovaskuler
Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran
basal pembuluh kapiler, sering terjadi pada penderita IDDM dan bertanggung
jawab dalam terjadinya neuropati, retinopati diabetik.
·
Nefropati
Salah satu akibat dari perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan struktur dan fungsi ginjal. Empat jenis lesi yang sering
timbul adalah pyelonefritis, lesi-lesi glomerulus, arterisclerosis, lesi-lesi
tubular yang ditandai dengan adanya proteinuria yang meningkat secara bertahap
sesuai dengan beratnya penyakit.
·
Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer,
sistem syaraf otonom, medula spinalis atau sistim saraf pusat. Neuropati sensorik/neuropati
perifer. Lebih sering
mengenai ekstremitas bawah dengan gejala parastesia (rasa tertusuk-tusuk,
kesemutan atau baal) dan rasa terbakar terutama pada malam hari, penurunan
fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta gerakan tubuh dan
terhadap posisi serta berat benda yang berhubungan dengan tubuh) dan penurunan
sensibilitas terhadap sentuhan ringan dapat menimbulkan gaya berjalan yang
terhuyung-huyung, penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita
neuropati beresiko untuk mengalami cedera dan infeksi pada kaki tanpa
diketahui.
·
Retinopati diabetic
Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah
kecil pada retina selain retinopati, penderita diabetes juga dapat mengalami
pembentukan katarak yang diakibatkan hiperglikemi[` yang berkepanjangan sehingga menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan
lensa.
H.
Penatalaksanaan
a. Diet
Ditujukan
pada pengaturan jumlah kalori dan KH yang dimakan setiap hari. Jumlah kalori
yang dianjurkan tergantung pada kebutuhan untuk mempertahankan mengurangi atau
mencegah obesitas.
b. Latihan, berfungsi :
-
Menurunkan kadar gula dalam darah dengan
meningkatkan metabolisme.
-
Mempermudah transportasi glukosa untuk masuk ke
dalam sel.
Yang perlu
diperhatikan pada terapi aktifitas :
-
Jangan mulai olahraga jika kadar gula darah
rendah.
-
Jangan menggunakan sepatu yang sempit, karena
luka sekecil apapun menimbulkan komplikasi yang parah.
c. Obat
-
Obat hipoglikemia oral.
Bekerja dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan yang
tersimpan.
-
Insulin
Reseptor insulin mempunyai 2 fungsi utama :
·
Membedakan bahan lain dengan insulin kemudian
mengikatnya dengan cepat.
·
Pembentukan kompleks reseptor insulin akan
merangsang rangkaian kejadian intraseluler yang kemudian mengarah terjadinya
efek insulin yang karakteristik.
terimakasih atas info yang sangat bermanfaat ini.
BalasHapus