BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tingkah laku
seseorang dipelajari sepanjang proses kehidupannya ketika menghadapi krisis dan
kecemasan akibat stressor. Menurut teori keperawatan, sehat dan sakit jiwa
merupakan suatu rentangan yang sangat dinamis dari kehidupan seseorang.
Saat telah menginjak usia dewasa
terlihat adanya kematangan jiwa mereka dimana sudah memiliki tanggung
jawab serta sudah menyadari makna hidup. Menyiapkan diri menjadi dewasa,
karena menjadi dewasa adalah sebuah pilihan, maka tentunya harus direkayasa
atau disiapkan. Tidak bisa dibiarkan
alami. Karena memang menjadi dewasa dalam cara berpikir itu bukan kebetulan,
tapi merupakan pilihan.
B.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Jiwa”.
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Masa
Dewasa.
3.
Untuk lebih memahami
tentang Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Masa Dewasa..
C.
Ruang
Lingkup Penulisan
Dalam
penyusunan makalah ini, ruang lingkup pembahasannya adalah “Asuhan Keperawatan
Psikososial Pada Masa Dewasa”.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Pengetian
Masa ini sering disebut adult, masa
dewasa, masa dimana usia sudah berkisar ke angka di atas 21 tahun. Masa dewasa
merupakan periode yang penuh tantangan, penghargaan dan krisis. Selain itu masa
dimana mempersiapkan masa depan, penentu karier dan masa usia memasuki dunia
pekerjaan dan masa dunia perkarieran, masa mempersiapkan punya keturunan dan
masa usia matang, masa penentuan kehidupan, dan prestasi kerja di masyarakat,
masa merasa kuat dalam hal fisik, masa energik, masa kebal, masa jaya dan masa
merasakan hasil perjuangan .
Masa dewasa
ditandai kemampuan produktif dan kemandirian. Menurut Prof. Dr. A.E Sinolungan
(1997), masa dewasa dapat di bagi dalam beberapa fase yaitu:
1.
Fase dewasa awal
Fase
dewasa awal (20/21-24 tahun), seorang mulai bekarya dan mulai melepaskan
ketergantungan kepada orang lain. Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa
awal yaitu:
a. mereka mendapat pengawasan dari orang tua
b. mereka mulai mengembangkan persahabatan
yang akrab dan hubungan yang intim di
luar
c.
mereka membentuk seperangkat
nilai pribadi
d.
mereka mengembangkan rasa
identitas pribadi
e.
mereka mempersiapkan untuk
kehidupan kerja
2.
Fase Dewasa tengah
Fase
dewasa tengah (25-40 tahun) ditandai sikap mantap memilih teman hidup dan
membangun keluarga. Dewasa tengah menggunakan energy sesuai kemampuannya untuk
menyesuaikan konsep diri dan citra tubuh terhadap realita fisiologis dan
perubahan pada penampilan fisik. Harga diri yang tinggi, citra tubuh yang bagus
dan sikap posiif terhadap perubahn fisiologis muncul jika orang dewasa
mengikuti latihan fisik diet yang seimbang, tidur yang adekuat dan melakukan
hygiene yang baik.
a. Teori-teori tentang masa dewasa tengah
1)
Teori Erikson
Menurut
teori perkembangan Erikson, tugas perkembangan yang utama pada usia baya adalah
mencapai generatifitas (Erikson, 1982). Generatifitas adalah keinginan untuk
merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas
dengan anak-anaknya melalui bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi
berikutnya. Jika dewasa tengah gagal mencapai generatifitas akan terjadi
stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya
atau perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat.
2)
Teori Havighurst
Teori
perkembangan Havighurst telah diringkas dalam tujuh perkembangan untuk orang
dewasa tengah (Havighurst, 1972). Tugas perkembangan tersebut meliputi:
a)
Pencapaian tanggung jawab
social orang dewasa
b)
Menetapkan dan mempertahankan
standar kehidupan
c)
Membantu anak-anak remaja
tanggung jawab dan bahagia
d)
Mengembangkan aktivitas luang
e)
Berhubungan dengan pasangannya
sebagai individu
f) Menerima dan menyesuaikan perubahan
fisiologis pada usia pertengahan
g) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang
telah lansia.
b.
Tahap-tahap perkembangan
1)
Perkembangan fisiologis
Perubahan ini umumnya
terjadi antara usia 40-65 tahun. Perubahan yang paling terlihat adalah rambut
beruban, kulit mulai mengerut dan pinggang membesar. Kebotakan biasanya terjadi
selama masa usia pertengahan, tetapi juga dapat terjadi pada pria dewasa awal.
Penurunan ketajaman penglihatan dan pendengaran sering terlihat pada periode
ini.
2)
Perkembangan kognitif
Perubahan
kognitif pada masa dewasa tengah jarang terjadi kecuali karena sakit atau
trauma. Dewasa tengah dapat mempelajari keterampilan dan informasi baru.
Beberapa dewasa tengah mengikuti program pendidikan dan kejuruan untuk
mempersiapkan diri memasuki pasar kerja atau perubahan pekerjaan.
3)
Perkembangan psikosial
Perubahan
psikososial pada masa dewasa tengah dapat meliputi kejadian yang diharapkan,
perpindahan anak dari rumah, atau peristiwa perpisahan dalam pernikahan atau
kematian teman. Perubahan ini mungkin mengakibatkan stress yang dapat
mempengaruhi seluruh tingkat kesehatan dewasa.
3.
Fase dewasa akhir
Fase
dewasa akhir (41-50/55tahun) ditandai karya produktif, sukses-sukses
berprestasi dan puncak dalam karier. Sebagai patokan, pada masa ini dapat
dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap.
Masalah-masalah yang mungkin timbul
yaitu:
a.
Menurunnya keadaan jasmaniah
b.
Perubahan susunan keluarga
c.
Terbatasnya kemungkinan
perubahan-perubahan baru dalam bidang pekerjaan atau perbaikan kesehatan yang
lalu
d.
Penurunan fungsi tubuh
Selain itu, masa dewasa akhir adalah
masa pensiun bagi bagi pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki pensiun.
Biasanya ada PPS ( Post Power Sindrom)
misalnya biasa seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada perasaan down sindrom.
Faktor – faktor yang mempengaruhi
pengawasan tugas perkembangan ini,
individu mengalami PPS. Misalnya
penghalangnya adalah:
1. Tingkat perkembangan yang mundur
2. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari
tugas-tugas perkembangan
3. Tidak ada motivasi
4. Kesehatan yang buruk
5. Cacat tubuh
6. Tingkat kecerdasan yang rendah
7.
Tingkat
adaptasi yang jelek
8.
Selain itu, masa dewasa akhir
adalah masa pensiun bagi bagi pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki
pensiun. Biasanya ada PPS ( Post Power
Sindrom) misalnya biasa seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada
perasaan down sindromAdanya penyakit kronis
Tingkat
ketidakmampuan dan persepsi klien pada penyakit dan ketidakmampuan menentukan
sampai mana perubahan gaya hidup akan terjadi.
9.
Tingkat kesejahteraan
Perawat
mengkaji status kesehatan pada klien dewasa tengah. Pengkajian tersebut member
arah untuk merencanakan asuhan keperawatan dan berguna dalam mengevaluasi
keefektifan intervensi keperawatan.
10.
Membentuk kebiasaan sehat yang
positif
Kebiasaan
adalah sikap atau perilaku seseorang yang biasa dilakukan. Pola perilaku ini
didorong oleh seringnya pengulangan sehingga menjadi cara perilaku individu
yang biasa.
- Masalah-masalah psikososial
1.
Ansietas
Ansietas
adalah fenomena maturasi kritis yang berhubungan dengan perubahan, konflik, dan
penegndalian lingkungan yang diterima (Haber at al, 1992).
2.
Depresi
Depresi
adalah gangguan alam perasaan yang dimanifestasikan dalam berbagai cara.
Walaupun usia yang paling banyak mengalami depresi adalah usia 24-25 tahun,
tapi juga biasa terjadi pada usia dewasa baya dan mungkin banyak memiliki
penyebab (Haber at al, 1992).
Dengan memahami usia/ masa, tahapan
hukum dengan ciri-ciri perilaku di masing-masing tahapan perkembangan perawat
sedini mungkin dapat mendeteksi secara dini langkah/ upaya perawatan apa yang
harus dilakukan sesuai dengan masa tahapan perkembngan manusia. Bagi perawat
pribadi teori perkembangan manusia dapat dijadikan masukan pribadi berada pada
masa usia tahapan yang mana dirinya pada saat ini maupun pada saat yang akan
datang maupun waktu saat sekarang ini ada perilaku khusus yang yang pernah
dilalui.
Perawat perlu memahami, mempelajari
teori-teori perkembangan manusia atau individu karena tugas perawat dalam
merawat individu tentunya dari masa konsepsi yang dialami individu, kehamilan,
lahir sampai sakaratul maut.
Perkembangan
manusia memiliki tahapan keluasan masa. Masa kematangan sehingga dideteksi dini
terhadap masa-masa tertentu dihubungkan dengan teori
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
PADA MASA DEWASA
A.
Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk
mengetahui masalah keperawatan yang terjadi pada klien secepat mungkin sesuai
dengan keadaan klien. Pengkajian dapat dilakukan dengan beberapa cara yakini ;
wawancara, observasi dan menuju dokumen medik.
Pengkajian ini dilakukan denagan
melibatkan keluaraga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang masalah
kesehatan klien. Format pengkajian yang digunakan adalah format pengkajan pada
klien yang dikembangkan sesuia dengan keberadaaan klien. Format pengkajian yang
dikembangkan minimal terdiri atas:
1. Data dasar
a. Identitas
b. Alamat
c. Usia
d. Pendidikan
e. Pekerjaan
f. Agama
g. Suku bangsa
2. Data biopsikososial
spiritualkultural
3. Lingkungan
4. Status fungsional
5. Fasilitas penunjang
kesehatan
6. Pemerikasaaan fisik
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan proses pikir
berhubungan dengan ansietas
Tujuan: proses pikir pasien akan meningkat dengan terapi
ansietas
2.
Ketidak efektifan koping yang
berhubungan dengan ansietas
Tujuan: pasien akan meningkatkan mekanisme koping untuk
mengatasi ansietas.
3.
Konflik pengambilan keputusan
berhubungan dengan ganti karier/ pengunduran diri
Tujuan: menghubungkan keuntungan-keuntungan dan
kerugian-kerugian dari pilihan-pilihan, menceritakan ketakutan dan keprihatinan
mengenai pilihan-pilihan dan respons dari orang lain, dan membuat sebuah
pilihan yang diketahui/diberitahu.
4. Perubahan pola seksualitas berhubungan
dengan ketakutan akan kegagalan seksual
Tujuan: menceritakan kepedulian/
masalah mengenai fungsi seksual, mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan
pola seksual, mengidentifikasi stressor dalam kehidupan, melanjutkan aktivitas
seksual sebelumnya, dan melaporkan suatu keinginan untuk melanjutkan aktivitas
seksual.
C.
Intervensi
Dx 1 & 2
1.
Kaji pasien secara cermat untuk
memastikan bahwa ansietas pasien bukan gejala yang mendasari proses penyakit,
seperti nyeri atau hipoksia
2.
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan ketakutannya secara verbal
3. Tanyakan pada pasien keterampilan koping
yang biasa berhasil digunakan untuk mengatasi stress sebelumnya
4. Berikan obat antiansietas sesuai program
dan perhatikan efektifitasnya
5. Tanyakan pada pasien obat apa yang sedang
digunakan. Gejala ansietas dapat diakibatkan penggunaan obat-obatan, mencakup
kafein, hormone tiroid, aminofilin, obat antidiabetik oral, obat antiinflamasi
nonsteroid, steroid, glikosida jantung, dan inhibitor ambilan ulang serotonin
selektif. Lebih baik tanyakan pada dokter untuk mengganti dengan obat yang
menghasilkan lebih sedikit efek ansietas daripada menambah obat-obatan lain hanya
untuk mengatasi tanda dan gejala ansietas
6. Alkohol adalah cara yang biasa digunakan
orang untuk pengobatan ansietas, tetapi bukan cara yang baik tidak berbahaya.
Pastiakn untuk menanyakan pasien menegani kebiasaannya menggunakan
alkohol-jenis apa yang ia minum (bir, anggur, wiski), kira-kira berapa banyak
dalam sehari dan sudah berapa lama.
Dx 3
1.
Menetapkan hubungan saling
percaya dan berarti yang meningkatkan saling pengertian dan perhatian.
2.
Memfasilitasi proses
pengambilan keputusan yang logis
a.
Bantu individu dalam mengenali
apa masalah-masalahnya dan dengan jelas mengidentifkasi keputusan yang harus
dibuat
b.
Gali apa resiko terhadap apa
yang timbul dari tidak membuat keputusan
c.
Mintalah individu untuk membuat
daftar dari semua alternatif atau pilihan yang mungkin
d.
Bantu mengidentifikasi
kemungkinan hasil dari berbagai alternative
e.
Bantu individu untuk menghadapi
ketakutan
f.
Benahi kesalahan informasi
g.
Bantu dalam mengevaluasi
alternatif-alternatif berdasarkan pada ancaman potensial atau actual terhadap
keyakinan/ nilai-nilai
h.
Beri dorongan pada individu
untuk membuat keputusan
3.
Beri dorongan pada orang
terdekat individu untuk terlibat dalam keseluruhan proses pengambilan keputusan
4.
Bantu individu dalam proses
menggali nilai-nilai dan hubungan pribadi yang mungkin mempunyai dampak pada
pengambilan keputusan
5.
Dukung individu dalam membuat
keputusan yang diketahui meskipun kebutuhan konflik dengan nilai-nilainya
sendiri
a.
Rundingkan pemuka agamanya
sendiri
6.
Dengan aktif yakinkan individu
bahwa keputusan sepenuhnya ditangan dia dan adalah menjadi haknya untuk
melakukan demikian
7.
Jangan biarkan orang lain untuk
merusak rasa percaya individu dalam pengambilan keputusannya sendiri
8.
Kolaborasikan dengan keluarga
untuk mengklarifikasi proses pengambilan keputusan
Dx 4
1.
Dapatkan riwayat seksual
a.
Pola seksual biasanya
b.
Kepuasan (individu, pasangan)
c.
Penegtahuan seksual
d.
Masalah-masalah (seksual,
kesehatan)
e.
Harapan-harapan
f.
Suasana hati, tingkat energy
2.
Berikan dorongan untuk bertanya
tentang seksualitas atau fungsi seksual yang mungkin mengganggu pasien
3.
Gali hubungan pasien dengan
pasangannya
4.
Jika stressor atau gaya hidup yang penuh
stressor berdampak negative terhadap fungsi:
a.
Bantu individu dalam
memodifikasi gaya
hidup untuk mengurangi stress
b.
Dorong identifikasi stressor
yang ada dalam kehidupan; kelompokkan menurut individu sebagai dapat mengontrol
dan tidak dapat mengontrol:
1)
Dapat mengontrol
Keterbelakangan pribadi
Keterlibatan dalam aktivitas komunitas
2)
Tidak dapat mengontrol
Mengeluh
Penyakit anak perempuan
c.
Lakukan program latihan teratur
untuk reduksi stress. Lihat perilaku
mencari bantuan kesehatan untuk intervensi
5.
Identifikasi pilihan metode
untuk melampiaskan energ seksual bila pasangan tidak ada atau tidak ada
keinginan
a.
Gunakan masturbasi, jika dapat
diterima individu
b.
Ajarkan keuntungan fisik dan
psikologis tentang aktivitas fisik teratur (sedikitnya 3 kali seminggu selama
30 menit
c. Jika pasangan meninggal, gali kesempatan
untuk bertemu dan bersosialisasi dengan orang lain (sekolah malam, klub janda/
duda, kerja komunitas)
6. Jika suatu perubahan atau kehilangan
bagian tubuh mempunyai dampak negtif terhadap fungsi:
a. Kaji tahapan adaptasi dari individu dan
pasangan terhadap kehilangan (mengingkari, depresi, marah)
b. Jelaskan kenormalan dari respon kelanjutan
dari kehilangan
c. Jelaskan kebutuhan untuk membagi perhatian
dengan pasangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar