Rabu, 12 Juni 2013

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL DEWASA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tingkah laku seseorang dipelajari sepanjang proses kehidupannya ketika menghadapi krisis dan kecemasan akibat stressor. Menurut teori keperawatan, sehat dan sakit jiwa merupakan suatu rentangan yang sangat dinamis dari kehidupan seseorang.
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka dimana sudah memiliki tanggung jawab  serta sudah menyadari makna hidup. Menyiapkan diri menjadi dewasa, karena menjadi dewasa adalah sebuah pilihan, maka tentunya harus direkayasa atau disiapkan. Tidak  bisa dibiarkan alami. Karena memang menjadi dewasa dalam cara berpikir itu bukan kebetulan, tapi merupakan pilihan.
B.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Jiwa”.
2.      Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Masa Dewasa.
3.      Untuk lebih memahami tentang Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Masa Dewasa..
C.    Ruang Lingkup Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, ruang lingkup pembahasannya adalah “Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Masa Dewasa”.






BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Pengetian
Masa ini sering disebut adult, masa dewasa, masa dimana usia sudah berkisar ke angka di atas 21 tahun. Masa dewasa merupakan periode yang penuh tantangan, penghargaan dan krisis. Selain itu masa dimana mempersiapkan masa depan, penentu karier dan masa usia memasuki dunia pekerjaan dan masa dunia perkarieran, masa mempersiapkan punya keturunan dan masa usia matang, masa penentuan kehidupan, dan prestasi kerja di masyarakat, masa merasa kuat dalam hal fisik, masa energik, masa kebal, masa jaya dan masa merasakan hasil perjuangan .
Masa dewasa ditandai kemampuan produktif dan kemandirian. Menurut Prof. Dr. A.E Sinolungan (1997), masa dewasa dapat di bagi dalam beberapa fase yaitu:
1.      Fase dewasa awal
          Fase dewasa awal (20/21-24 tahun), seorang mulai bekarya dan mulai melepaskan ketergantungan kepada orang lain. Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal yaitu:
a.       mereka mendapat pengawasan dari orang tua
b.      mereka mulai mengembangkan persahabatan yang akrab dan hubungan  yang intim di luar
c.       mereka membentuk seperangkat nilai pribadi
d.      mereka mengembangkan rasa identitas pribadi
e.       mereka mempersiapkan untuk kehidupan kerja
2.      Fase Dewasa tengah
          Fase dewasa tengah (25-40 tahun) ditandai sikap mantap memilih teman hidup dan membangun keluarga. Dewasa tengah menggunakan energy sesuai kemampuannya untuk menyesuaikan konsep diri dan citra tubuh terhadap realita fisiologis dan perubahan pada penampilan fisik. Harga diri yang tinggi, citra tubuh yang bagus dan sikap posiif terhadap perubahn fisiologis muncul jika orang dewasa mengikuti latihan fisik diet yang seimbang, tidur yang adekuat dan melakukan hygiene yang baik.
a.       Teori-teori tentang masa dewasa tengah
1)      Teori Erikson
                        Menurut teori perkembangan Erikson, tugas perkembangan yang utama pada usia baya adalah mencapai generatifitas (Erikson, 1982). Generatifitas adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas dengan anak-anaknya melalui bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah gagal mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat.
2)      Teori Havighurst
                        Teori perkembangan Havighurst telah diringkas dalam tujuh perkembangan untuk orang dewasa tengah (Havighurst, 1972). Tugas perkembangan tersebut meliputi:
a)      Pencapaian tanggung jawab social orang dewasa
b)      Menetapkan dan mempertahankan standar kehidupan
c)      Membantu anak-anak remaja tanggung jawab dan bahagia
d)     Mengembangkan aktivitas luang
e)      Berhubungan dengan pasangannya sebagai individu
f)       Menerima dan menyesuaikan perubahan fisiologis pada usia pertengahan
g)      Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia.
b.      Tahap-tahap perkembangan
1)      Perkembangan fisiologis
                        Perubahan ini umumnya terjadi antara usia 40-65 tahun. Perubahan yang paling terlihat adalah rambut beruban, kulit mulai mengerut dan pinggang membesar. Kebotakan biasanya terjadi selama masa usia pertengahan, tetapi juga dapat terjadi pada pria dewasa awal. Penurunan ketajaman penglihatan dan pendengaran sering terlihat pada periode ini.
2)      Perkembangan kognitif
                        Perubahan kognitif pada masa dewasa tengah jarang terjadi kecuali karena sakit atau trauma. Dewasa tengah dapat mempelajari keterampilan dan informasi baru. Beberapa dewasa tengah mengikuti program pendidikan dan kejuruan untuk mempersiapkan diri memasuki pasar kerja atau perubahan pekerjaan.
3)      Perkembangan psikosial
                        Perubahan psikososial pada masa dewasa tengah dapat meliputi kejadian yang diharapkan, perpindahan anak dari rumah, atau peristiwa perpisahan dalam pernikahan atau kematian teman. Perubahan ini mungkin mengakibatkan stress yang dapat mempengaruhi seluruh tingkat kesehatan dewasa.
3.      Fase dewasa akhir
          Fase dewasa akhir (41-50/55tahun) ditandai karya produktif, sukses-sukses berprestasi dan puncak dalam karier. Sebagai patokan, pada masa ini dapat dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap.
Masalah-masalah yang mungkin timbul yaitu:
a.       Menurunnya keadaan jasmaniah
b.      Perubahan susunan keluarga
c.       Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan baru dalam bidang pekerjaan atau perbaikan kesehatan yang lalu
d.      Penurunan fungsi tubuh
Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi bagi pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki pensiun. Biasanya ada PPS ( Post Power  Sindrom) misalnya biasa seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada perasaan down sindrom.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengawasan tugas perkembangan  ini, individu mengalami PPS. Misalnya penghalangnya adalah:
1.      Tingkat perkembangan yang mundur
2.      Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan
3.      Tidak ada motivasi
4.      Kesehatan yang buruk
5.      Cacat tubuh
6.      Tingkat kecerdasan yang rendah
7.      Tingkat adaptasi yang jelek
8.      Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi bagi pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki pensiun. Biasanya ada PPS ( Post Power  Sindrom) misalnya biasa seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada perasaan down sindromAdanya penyakit kronis
     Tingkat ketidakmampuan dan persepsi klien pada penyakit dan ketidakmampuan menentukan sampai mana perubahan gaya hidup akan terjadi.
9.      Tingkat kesejahteraan
     Perawat mengkaji status kesehatan pada klien dewasa tengah. Pengkajian tersebut member arah untuk merencanakan asuhan keperawatan dan berguna dalam mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan.
10.  Membentuk kebiasaan sehat yang positif
     Kebiasaan adalah sikap atau perilaku seseorang yang biasa dilakukan. Pola perilaku ini didorong oleh seringnya pengulangan sehingga menjadi cara perilaku individu yang biasa.
  1. Masalah-masalah psikososial
1.      Ansietas
     Ansietas adalah fenomena maturasi kritis yang berhubungan dengan perubahan, konflik, dan penegndalian lingkungan yang diterima (Haber at al, 1992).
2.      Depresi
     Depresi adalah gangguan alam perasaan yang dimanifestasikan dalam berbagai cara. Walaupun usia yang paling banyak mengalami depresi adalah usia 24-25 tahun, tapi juga biasa terjadi pada usia dewasa baya dan mungkin banyak memiliki penyebab (Haber at al, 1992).

Dengan memahami usia/ masa, tahapan hukum dengan ciri-ciri perilaku di masing-masing tahapan perkembangan perawat sedini mungkin dapat mendeteksi secara dini langkah/ upaya perawatan apa yang harus dilakukan sesuai dengan masa tahapan perkembngan manusia. Bagi perawat pribadi teori perkembangan manusia dapat dijadikan masukan pribadi berada pada masa usia tahapan yang mana dirinya pada saat ini maupun pada saat yang akan datang maupun waktu saat sekarang ini ada perilaku khusus yang yang pernah dilalui.
Perawat perlu memahami, mempelajari teori-teori perkembangan manusia atau individu karena tugas perawat dalam merawat individu tentunya dari masa konsepsi yang dialami individu, kehamilan, lahir sampai sakaratul maut.
Perkembangan manusia memiliki tahapan keluasan masa. Masa kematangan sehingga dideteksi dini terhadap masa-masa tertentu dihubungkan dengan teori


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
PADA MASA DEWASA
A.    Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui masalah keperawatan yang terjadi pada klien secepat mungkin sesuai dengan keadaan klien. Pengkajian dapat dilakukan dengan beberapa cara yakini ; wawancara, observasi dan menuju dokumen medik.
Pengkajian ini dilakukan denagan melibatkan keluaraga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang masalah kesehatan klien. Format pengkajian yang digunakan adalah format pengkajan pada klien yang dikembangkan sesuia dengan keberadaaan klien. Format pengkajian yang dikembangkan minimal terdiri atas:
1. Data dasar
a.  Identitas
b.  Alamat
c.  Usia
d.  Pendidikan
e.  Pekerjaan
f.  Agama
g. Suku bangsa
2. Data biopsikososial spiritualkultural
3. Lingkungan
4. Status fungsional
5. Fasilitas penunjang kesehatan
6. Pemerikasaaan fisik
B.     Diagnosa Keperawatan
1.    Gangguan proses pikir berhubungan dengan ansietas
Tujuan: proses pikir pasien akan meningkat dengan terapi ansietas
2.    Ketidak efektifan koping yang berhubungan dengan ansietas
Tujuan:  pasien akan meningkatkan mekanisme koping untuk mengatasi ansietas.
3.    Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan ganti karier/ pengunduran diri
Tujuan:  menghubungkan keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian dari pilihan-pilihan, menceritakan ketakutan dan keprihatinan mengenai pilihan-pilihan dan respons dari orang lain, dan membuat sebuah pilihan yang diketahui/diberitahu.
4.    Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan ketakutan akan kegagalan seksual
Tujuan:  menceritakan kepedulian/ masalah mengenai fungsi seksual, mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual, mengidentifikasi stressor dalam kehidupan, melanjutkan aktivitas seksual sebelumnya, dan melaporkan suatu keinginan untuk melanjutkan aktivitas seksual.

C.     Intervensi
Dx 1 & 2
1.      Kaji pasien secara cermat untuk memastikan bahwa ansietas pasien bukan gejala yang mendasari proses penyakit, seperti nyeri atau hipoksia
2.      Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan ketakutannya secara verbal
3.      Tanyakan pada pasien keterampilan koping yang biasa berhasil digunakan untuk mengatasi stress sebelumnya
4.      Berikan obat antiansietas sesuai program dan perhatikan efektifitasnya
5.      Tanyakan pada pasien obat apa yang sedang digunakan. Gejala ansietas dapat diakibatkan penggunaan obat-obatan, mencakup kafein, hormone tiroid, aminofilin, obat antidiabetik oral, obat antiinflamasi nonsteroid, steroid, glikosida jantung, dan inhibitor ambilan ulang serotonin selektif. Lebih baik tanyakan pada dokter untuk mengganti dengan obat yang menghasilkan lebih sedikit efek ansietas daripada menambah obat-obatan lain hanya untuk mengatasi tanda dan gejala ansietas
6.      Alkohol adalah cara yang biasa digunakan orang untuk pengobatan ansietas, tetapi bukan cara yang baik tidak berbahaya. Pastiakn untuk menanyakan pasien menegani kebiasaannya menggunakan alkohol-jenis apa yang ia minum (bir, anggur, wiski), kira-kira berapa banyak dalam sehari dan sudah berapa lama.


Dx 3
1.      Menetapkan hubungan saling percaya dan berarti yang meningkatkan saling pengertian dan perhatian.
2.      Memfasilitasi proses pengambilan keputusan yang logis
a.       Bantu individu dalam mengenali apa masalah-masalahnya dan dengan jelas mengidentifkasi keputusan yang harus dibuat
b.      Gali apa resiko terhadap apa yang timbul dari tidak membuat keputusan
c.       Mintalah individu untuk membuat daftar dari semua alternatif atau pilihan yang mungkin
d.      Bantu mengidentifikasi kemungkinan hasil dari berbagai alternative
e.       Bantu individu untuk menghadapi ketakutan
f.       Benahi kesalahan informasi
g.      Bantu dalam mengevaluasi alternatif-alternatif berdasarkan pada ancaman potensial atau actual terhadap keyakinan/ nilai-nilai
h.      Beri dorongan pada individu untuk membuat keputusan
3.      Beri dorongan pada orang terdekat individu untuk terlibat dalam keseluruhan proses pengambilan keputusan
4.      Bantu individu dalam proses menggali nilai-nilai dan hubungan pribadi yang mungkin mempunyai dampak pada pengambilan keputusan
5.      Dukung individu dalam membuat keputusan yang diketahui meskipun kebutuhan konflik dengan nilai-nilainya sendiri
a.       Rundingkan pemuka agamanya sendiri
6.      Dengan aktif yakinkan individu bahwa keputusan sepenuhnya ditangan dia dan adalah menjadi haknya untuk melakukan demikian
7.      Jangan biarkan orang lain untuk merusak rasa percaya individu dalam pengambilan keputusannya sendiri
8.      Kolaborasikan dengan keluarga untuk mengklarifikasi proses pengambilan keputusan
Dx 4
1.      Dapatkan riwayat seksual
a.       Pola seksual biasanya
b.      Kepuasan (individu, pasangan)
c.       Penegtahuan seksual
d.      Masalah-masalah (seksual, kesehatan)
e.       Harapan-harapan
f.       Suasana hati, tingkat energy
2.      Berikan dorongan untuk bertanya tentang seksualitas atau fungsi seksual yang mungkin mengganggu pasien
3.      Gali hubungan pasien dengan pasangannya
4.      Jika stressor atau gaya hidup yang penuh stressor berdampak negative terhadap fungsi:
a.       Bantu individu dalam memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi stress
b.      Dorong identifikasi stressor yang ada dalam kehidupan; kelompokkan menurut individu sebagai dapat mengontrol dan tidak dapat mengontrol:
1)      Dapat mengontrol
Keterbelakangan pribadi
Keterlibatan dalam aktivitas komunitas
2)      Tidak dapat mengontrol
Mengeluh
Penyakit anak perempuan
c.       Lakukan program latihan teratur untuk reduksi stress. Lihat perilaku mencari bantuan kesehatan untuk intervensi
5.      Identifikasi pilihan metode untuk melampiaskan energ seksual bila pasangan tidak ada atau tidak ada keinginan
a.       Gunakan masturbasi, jika dapat diterima individu
b.      Ajarkan keuntungan fisik dan psikologis tentang aktivitas fisik teratur (sedikitnya 3 kali seminggu selama 30 menit
c.       Jika pasangan meninggal, gali kesempatan untuk bertemu dan bersosialisasi dengan orang lain (sekolah malam, klub janda/ duda, kerja komunitas)
6.      Jika suatu perubahan atau kehilangan bagian tubuh mempunyai dampak negtif terhadap fungsi:
a.       Kaji tahapan adaptasi dari individu dan pasangan terhadap kehilangan (mengingkari, depresi, marah)
b.      Jelaskan kenormalan dari respon kelanjutan dari kehilangan
c.       Jelaskan kebutuhan untuk membagi perhatian dengan pasangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar